Sumber: komunitasmarga.blogspot.com
Sigale gale adalah sejenis patung yang diukir menyerupai manusia yang terbuat dari kayu, yang dapat digerakkan seperti cara seseorang dalang untuk memainkan wayang golek dalam suku jawa, tetapi permainannya hanya dalam gerak ( tortor / tari ) diiringi oleh musik gondang sabangunan.
Kayu yang sudah siap diukir menyerupai manusia ini
di buatlah di setiap persendiannya seperti ikatan dari benang misalnya di leher, lutut tangan dan kaki dan jari jemari tangan tersebut lalu dirangkai dengan sedemikian rupa, dan tali temali tersebut disambungkan dengan seseorang atau beberapa orang dalang yang akan memainkannya namun sebelumnya bahwa patung tersebut telah diberi berpakaian lengkap seperti pakaian adat suku batak, sehingga si gale gale ini dapat menari adalah tergantung kepada orang yang mengatur tali temali yang menggerakkan bagian – bagian tertentu dari Sigale gale itu yang disesuaikan dengan irama gendang ( gondang ).
di buatlah di setiap persendiannya seperti ikatan dari benang misalnya di leher, lutut tangan dan kaki dan jari jemari tangan tersebut lalu dirangkai dengan sedemikian rupa, dan tali temali tersebut disambungkan dengan seseorang atau beberapa orang dalang yang akan memainkannya namun sebelumnya bahwa patung tersebut telah diberi berpakaian lengkap seperti pakaian adat suku batak, sehingga si gale gale ini dapat menari adalah tergantung kepada orang yang mengatur tali temali yang menggerakkan bagian – bagian tertentu dari Sigale gale itu yang disesuaikan dengan irama gendang ( gondang ).
Hal ini dilakukan adalah menggambarkan keadaan yang terjadi pada
masyarakat suku batak dan aspek – aspek lain yang berhubungan dengan kebudayaan
masyarakat suku batak pada jaman dahulu kala.
Konon menurut legenda suku batak, sejarah Sigale gale dapat dikisahkan
sebagai berikut, pada jaman dahulu kala hiduplah satu keluarga yang menyandang
gelar Raja di kampungnya yang bernama “ Raja Rahat “ dan Raja ini sudah
terkenal dimana – mana karena memiliki harta yang berlipat ganda, namun hanya
memiliki keturunan seorang anak laki – laki.
Pada suatu hari anak satu satunya ini di timpa suatu penyakit
yang aneh dan tidak ada salah satu orangpun dukun ( datu ) yang
dapat mengobati penyakit sianak ini, sehingga anaknya ini menghembuskan
napasnya yang terakhir membuat sang raja sangat berduka.
Sang Raja pun menyuruh para pengawalnya ( ulubalang ) untuk
mencari para tukang ukir kayu keseluruh penjuru kampung, agar dapat membuat
patung dari kayu yang menyerupai anaknya yang telah pergi meninggalkannya itu.
Tidak beberapa lama kemudian datanglah salah seorang tukang ukir kayu yang
sangat terkenal di daerah itu bernama “ Rahat Bulu dengan gelar Datu Manggeleng
“ , sehingga sang raja pun menceritakan niatnya agar tukang ukir kayu tersebut
dapat mengukir sebuah patung manusia yang menyerupai anaknya dalam waktu selama
tiga hari saja, sang tukang ukir kayu ini pun dapat menyanggupi permintaan sang
raja.
Dalam pencariannya, sang kudun ( tukang ukir kayu ) ini melihat
sebatang pohon yang tidak bercabang dan tidak berdaun dan besarnya sebesar
tubuh manusia di dalam hutan, sang dukun pun menebang kayu tersebut karena
sesuai dengan pesanan sang raja, lalu sang dukun melukis pohon itu dan
mengukirnya berbentuk manusia, seolah – olah seperti manusia yang hidup dan
bentuknyapun bertambah cantik setelah diberi berpakaian lengkap dengan
perhiasannya.
Alangkah gembiranya hati sang raja Rahat setelah melihat patung
itu, karena benar – benar mirip dengan anaknya yang sudah meninggal, rasa sedih
hati sang raja pun dapat terobati maka dilaksanakanlah acara adat
pemberangkatan dengan menabuh gendang untuk memberangkatkan anaknya ke
pekuburan untuk dikebumikan, dan patung tersebut digerak – gerakkan tukang ukir
kayu inilah sambil menari – nari dengan mengikuti irama gendang ( ogung ) tadi,
Usai acara penguburan anaknya, sang raja Rahat pun berpesan kepada
penduduk yang menyaksikan acara penguburan anaknya itu, dan Raja Rahat
mengatakan “ apabila suatu saat nanti saya telah meninggal dunia,
patung yang kalian ukir inilah teman kalian untuk menari – nari di dekat saya,
karena saya tidak memiliki anak lagi, dan patung ini saya beri nama “ SIGALE
GALE “ , dan seluruh harta yang saya miliki ini dapat dihabiskan semuanya untuk
makan dan minum warga, dan kalaupun ada seperti saya ini agar sigale gale inilah
untuk disuruh menari – nari dan dapat menghabiskan hartanya, agar jangan ada
lagi kejadian seperti ini di kampung kita ini untuk di kemudian hari.”
Ujar sang raja.
Beberapa tahun kemudian, meninggallah raja Rahat ini tampa
memiliki keturunan lagi, sehingga para warga sekampung berembuklah untuk
melaksanakan pesan ( tona ) sang raja semasih hidupnya kepada penduduk kampung,
maka diputuskanlah untuk melaksanakan acara pemakaman seperti yang dipesankan
sang raja. Dan Sigale gale pun di mainkanlah dengan menari – nari oleh sang
dukun dan seluruh harta sang raja di habiskan untuk membeli makanan dan
minuman, usai acara adat dilaksanakan maka diantarkanlah sang raja Rahat
bersama Sigale gale ke pekuburan untuk di kebumikan bersama – sama.
Demikianlah kisah / legenda Sigale gale dibuat menjadi patung yang
diukir menyerupai manusia, bagi masyarakat suku batak kisah ini merupakan pesan
atau tona berupa permohonan kepada Ompu Mulajadi Nabolon
( Tuhan Yang Maha Esa ) agar warga masyarakat suku batak yang membentuk
rumah tangga baru dapat dikaruniai keturunan dan diberi
kehidupan yang lebih baik, H o r a s.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar